CARA BUDIDAYA IKAN KAKAP
Ikan kakap
Dalam pembenihan ikan kakap, hal-hal yang
harus diperhatikan antara lain : proses pemeliharaan induk, sampling
kematangan gonad, pemijahan, pemanenan telur, inkubasi telur,
pemeliharaan larva, pemberian pakan, pemanenan benih, serta pengepakan.
Pemeliharaan Induk
- Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan induk, berupa bak beton berbentuk bulat berdiameter 10 m dan kedalaman 3 m, kapasitas dari bak induk 230 m3.
- Jenis pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar, diberikan setiap hari dengan jumlah 3 - 5% berat total tubuh ikan.
- Penggantian air dilakukan setiap hari dengan menggunakan system sirkulasi 200 - 300 % dengan debit air di saluran inlet sekitar 5 liter/detik.
Sampling Kematangan Gonad
- Induk betina sudah mencapai lebih dari 3 kg, sedangkan untuk induk jantan berumur lebih dari 2 tahun dengan bobot lebih dari 2 kg.
- Induk kakap betina yang matang gonad ditandai dengan perut membesar bila diraba akan terasa lembek, warna tubuhnya kehitaman/kelabu, lubang genitalnya terlihat agak membuka dan memerah serta bila distriping keluar cairan kekuning-kuningan.
- Sedangkan ciri induk jantan yang matang gonad warna tubuhnya semakin cerah dan mengkilap dan bila distriping keluar cairan putih susu (sperma).
Pemijahan
- Pemijahannya dengan system alami melalui rangsangan manipulasi lingkungan pada bak pemeliharaan yang merangkap bak pemijahan.
- Induk akan memijah sore sampai malam hari sekitar pukul 18.00 - 22.00 WIB.
- Pemijahan ditandai terjadinya kejar-kejaran induk jantan dan betina
- Induk betina terlebih dahulu mengeluarkan telur disusul dengan induk jantan mengeluarkan sperma dan pembuahan terjadi diluar tubuh ikan.
- Telur hasil pemijahan dengan sendirinya akan keluar terbawa air melalui saluran outlet dan tertampung di egg collector bermata jaring 200 - 500 mikro.
Pemanenan Telur
- Ukuran egg collector 125 x 50 x 75 cm dengan mata jarring 200 - 500 mikro.
- Kerangka dibuat dan pipa berdiameter 1 inci berbentuk persegi panjang.
- Pemanenan dilakukan pada pagi hari dengan mengalirkan air laut secara terus menerus
- Jika telur ada, telur dipanen menggunakan seser (scope net) dengan ukuran lubang 200 mikro dan ditampung di dalam 5 liter sudah berisi air laut.
Inkubasi Telur
- Inkubasi telur dilakukan setelah pemanenan telur yaitu antara pukul 06.30-07.00 WIB.
- Wadah yang digunakan berupa akuarium berkapasitas 100 liter.
- Telur yang sudah dipanen dimasukkan ke dalam akuarium yang sudah diisi air dengan volume 80 — 90 liter dan diberi aerasi yang cukup agar telur yang akan dihitung menyebar rata.
Pemeliharaan Larva
- Bak yang digunakan untuk penetasan telur sekaligus pemeliharaan larva berukuran 5 x 2 x 1.25 m dengan volume 12 m3, dengan dasar sudut melengkung.
- Kemiringan bak dibuat 10 % ke arah saluran pembuangan air.
- Bak pemeliharaan dilengkapi saluran pemasukan air laut yang menggunakan pipa 2 inci dengan pengaturan kran yang dilengkapi dengan filter bag berukuran 65 x 27 cm bermata jaring 20 mikro.
- Sebelum untuk pemeliharaan larva, terlebih dahulu bak dicuci bersih.
Pemberian Pakan
- Hari pertama diberi pakan alami berupa algae (Chlorella sp.)
- Hari ke dua larva sudah dapat diberi rotifer dengan kepadatan 10 - 15 md/ml. untuk menjaga kontinuitasnya maka dapat dilakukan kultur rotifer
- Larva yang berumur 11 hari, sudah dapat diberi pakan berupa naupli Artemia hingga berumur 25 hari, dengan kepadatan 1 - 2 ekor/ml.
Pemanenan Benih
- Pemanenan benih ikan kakap sudab bisa dilakukan pada umur 15 hari atau sesuai dengan permintaan pasar.
- Proses pemanenan dilakukan dengan cara mengurangi air di bak hingga volume air sisa 1 - 2 m3, kemudian benih di panen di dalam ember.
Pengepakan
- Proses pengepakan benih ikan dilakukan dengan cara memasukkan benih ke dalam wadah plastik berukuran 50 x 30 cm2.
- Cara pengepakan tergantung lamanya perjalanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar