Jumat, 13 Desember 2013

budidaya kerapu

TEKNIK BUDIDAYA IKAN KERAPU

1. TEKNIK BUDIDAYA IKAN KERAPU
A. Jenis
Ikan kerapu berdasarkan hasil penelitian di Indonesia terdapat 41 jenis. Penamaannya berbeda-beda disetiap daerah di Indonesia. Ada yang menyebutnya kerapu namun ada pula yang menyebutnya ikan sunu, lodi dan lain-lain. Sekarang ini jenis yang paling banyak dibudidayakan adalah jenis kerapu lumpur dan kerapu bebek.
barramundicod.jpg
B. Persyaratan Budidaya Pemilihan Lokasi
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan budidaya ikan kerapu di karamba jaring apung adalah pemilihan lokasi dan luas lahan budidaya yang dikelola. Tidak semua wilayah pantai cocok untuk budidaya ikan kerapu, oleh sebab itu penentuan lokasi harus memperhitungkan beberapa faktor penting.
Dalam pemilihan lokasi budidaya, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Perairan yang bebas dari gelombang laut yang besar dan angin kencang.
2. Kedalaman air dari dasar kurungan pada saat surut terendah berkisar 2-5 meter atau lebih.
3. Kecepatan arus tidak kencang yakni berkisar 20 sampai 40 cm/detik.
4. Salinitas berkisar 15-30 ppt, suhu air berkisar 28-30 oC, kandungan oksigen terlarut 5-8 ppm, pH 7,5-9,0, amoniak dan nitrit <0,1 ppm.
C. Teknik Budidaya dan Sarana Budidaya
1. Kerangka/Rakit
Kerangka/rakit merupakan bagian dari keramba yang berfungsi sebagai tempat untuk menempatkan kurungan (jaring) dapat terbuat dari bambu, kayu atau pipa besi. Jika menggunakan besi sebaiknya bahan tersebut terlebih dahulu dicat anti karat. Bentuk dan ukuran kerangka rakit bervariasi bergantung kepada ukuran jaring yang digunakan. Sebuah rakit biasanya terdiri dari empat buah kurungan (jaring).
2. Pelampung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan keseluruhan sarana budidaya. Bahan pelampung dapat terbuat dari drum plastik, drum besi, atau pelampung stylofoam. Ukuran dan jumlah pelampung yang digunakan disesuaikan dengan besarnya beban dan daya apung pelampung. Sebuah rakit bambu yang terdiri atas empat buah kurungan apung (3x3x3 m) diperlukan pelampung drum plastik/besi volume 200 liter sebanyak 9 buah. Pelampung diikat pada rakit dengan tali polythylene (PE) yang bergaris tengah 0,8-1,0 cm.
3. Kurungan (Jaring)
Kurungan tempat memelihara ikan terbuat dari bahan polythylene (PE). Pemilihan bahan-bahan ini didasarkan atas daya tahannya terhadap pengaruh lingkungan dan harganya relatif murah jika dibandingkan bahan-bahan yang lain.
Bentuk dan ukuran ini bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan dan faktor kemudahan dalam pengelolaannya. Lebar mata jaring/kurungan disesuaikan dengan ukuran ikan yang dibudidayakan, misal untuk ikan panjang kurang dari 10 cm lebar mata digunakan adalah 8 mm (5/16 inchi), panjang ikan 10-15 cm lebar mata yang digunakan 25 mm (1 inchi) dan lebar mata dengan panjang 15-40 cm atau lebih adalah 25-50 mm (1-2 inchi).
Pemasangan kurungan pada rakit dilakukan dengan cara mengikat ujung tali ris atas pada sudut rakit. Untuk membuat kurungan membuka ke arah bawah digunakan pemberat yang diikatkan pada keempat sudut tali ris bawah. Kempat pemberat yang diikatkan ke sudut-sudut bawah kemudian diikat ke rakit untuk mempermudah pada waktu pengangkatan dan pergantian kurungan ataupun untuk pengontrolan ikan. Bagian atas kurungan sebaiknya diberi penutup dari bahan jaring untuk mencegah lolosnya ikan atau mencegah predator (burung).
Perawatan jaring selama masa pemeliharaan mutlak dilakukan. Jaring yang kotor dapat menghambat pertukaran air dan oksigen, sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan menimbulkan penyakit pada ikan peliharaan.
4. Jangkar
Jangkar berfungsi untuk menahan keseluruhan sarana budidaya agar tetap pada tempatnya. Jangkar yang digunakan harus mampu menahan sarana budidaya dari pengaruh arus, angin dan gelombang. Jangkar dapat terbuat dari besi, karung berisi pasir atau blok semen/beton.
Tali pengikat jangkar dapat digunakan tali polythylene (PE) dan panjangnya bergantung kepada kedalaman perairan. Panjang tali jangkar biasanya 3 kali kedalaman perairan (pada waktu pasang tinggi).
D. Nilai Ekonomis
Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi tinggi dan telah dibudidayakan secara kemersial di beberapa negara tropis. Rasa dagingnya yang lezat membuat ikan ini punya nilai jual tinggi di pasar dunia. Di Indonesia, dewasa ini kegiatan perikanan ikan kerapu semakin digalakkan sejalan dengan bertambahnya permintaan ikan kerapu, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri khususnya dalam melayani permintaan hotel-hotel bertaraf internasional dan restoran, maupun sebagai komoditas ekspor yang akhir-akhir ini semakin besar permintaanya dalam bentuk hidup. Pasaran utama ekspor ikan kerapu Indonesia adalah negara Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Malaysia, Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa.
Harga ikan kerapu di pasaran cukup baik, hal ini terlihat dari peningkatan harga jualnya. Sebagai ilustrasi, harga ikan kerapu pada tingkat pengumpul pada tahun 1994 berkisar Rp 10.000-Rp 56.000/kg, bergantung pada jenis ikan kerapunya. Harga ikan kerapu di tingkat nelayan saat ini Rp 70.000 per kg. Bahkan harga kerapu di Hongkong dan Singapura bisa mencapai U$ 100 per kg. Diantar kerapu yang bisa dikonsumsi, seperti kerapu macan, kerapu batik, kerapu lumpur dan kerapu bebek harganya paling mahal, hingga Rp 350.000/kg hidup di pasar lokal.
Paling sedikitnya ada tiga alasan mengapa ikan kerapu perlu dikembangkan sebagai komoditas unggulan.
Pertama, kerapu merupakan komoditi perikanan yang memiliki peluang ekspor yang sangat menarik yang selama ini belum dimanfaatkan secara penuh.
Kedua, pertumbuhan bisnis kerapu secara keseluruhan diharapkan akan membawa dampak peningkatan devisa negara dan kesejahteraan lapisan bawah masyarakat.
Ketiga, modernisasi penangkapan dan budidaya ikan kerapu akan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan laut khususnya rusaknya terumbu karang
Ikan Kuwe

Kuwe merupakan salah satu jenis ikan permukam (pelagis). Ikan yang sangat digemari oleh masyarakat ini hidup pada perairan pantai dangkal, karang, dan batu karang. Di beberapa restoran sea food harga ikan kuwe berukuran 300-400 g berkisar Rp 15.o00 - Rp 20.000/ekor (2005). Adapun harga Gnathanodon speciosus saat berukuran kecil (3-5 cm) pada tahun 2007 adalah Rp 3.000 - Rp 5.000 per ekor. Ikan tersebut juga merupakan ikan hias yang diberi nama pidana kuning.


A. Sistematika
Famili : Carangidae
Spesies : Gnathanodon speciosus, Caranx melampygus, Carangoides uii, C. chrysophrys, C. talamparoides
Nama dagang : trevally
Nama lokal : bubara, kuwe macan (G. speciosus)


B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik
Tubuh kuwe berbentuk oval dan pipih. Warna tubulmya bervariasi, yaitu biru bagian atas dan perak hingga keputih-putihan di bagian bawah. Tubuh ditutupi sisik halus berbentuk cycloid.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Kuwe dapat berenang cepat dan memiliki laju pertumbuban yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan laut lainnya. Ikan ini bersifat karnivora. Adapun pakan utamanya, yaitu ikan dan crustasea berukuran kecil. Ikan ini juga efisien memanfaatkan pakan serta mampu hidup dalam kondisi yang cukup padat.


C. Pemilihan Lokasi Budidaya
Lokasi yang tepat untuk budi daya ikan kuwe adalah teluk yang terlindung dari ombak dan badai dan memiliki pola pergantian massa air yang baik.


D. Wadah Budi Daya
Ikan kuwe mempunyai prospek yang cukup baik untuk
dibudidayakan dalam karamba jaring apung. Salah satu keunggulan budi daya ikan dalam KJA adalah waktu panen dapat diatur menyesuaikan harga ikan di pasar sehingga akan diperoleh harga jual yang lebih tinggi.


E. Pengelolaan Budi Daya

1. Pengadaan benih
Pembenihan secara massal di hatchery telah berhasil dilakukan di Gondol, Bali. Namun, hingga kini sumber benih ikan kuwe di daerah terpencil masih dari alam. Benih dengan ukuran sekitar 20-25 g banyak tersebar pada perairan dangkal di sekitar daerah padang lamun. Benih tersebut dapat ditangkap dengan penggunaan alat tangkap, seperti redi (pukat pantai), sero, bandrong jaring angkat), dan bagan.


2. Penebaran benih
Penebaran ikan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Benih dimasukkan ke dalam karamba secara perlahan-lahan. Sebelum penebaran, kondisi kualitas air harus diperhatikan. Apabila kualitas air pengangkutan berbeda dengan kualitas air lokasi budi daya, perlu dilakukan adaptasi secara perlahan-lahan, terutama terhadap salinitas dan suhu.

Benih berukuran 20-25 g dapat ditebar dengan kepadatan sekitar 15o ekor/m3 untuk pemeliharaan selama 3 bulan. Apabila ikan telah mencapai bobot >250 g/ekor, padat penebaran harus dikurangi sampai 100 ekor/m3.


3. pemberian pakan

Ikan kuwe bersifat karnivora. Ikan ini di alam memakan ikan dan krustasea kecil. Oleh karena itu, hingga saat ini pakan yang terbaik untuk budi daya ikan kuwe masih berupa ikan rucah yang dipotong-potong sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya.

pakan diberikan sekitar 8-6% bobot badan per hari pada pagi dan sore hari. Perubahan jumlah pemberian pakan dilakukan setiap bulan setelah dilakukan pengukuran pertumbuhan. Adapun penggunaan pelet komersial juga bisa dilakukan. Pelet yang diberikan berupa pelet tenggelam dengan frekuensi pemberian pelet dua kali sehari dengan jumlah pemberian hingga kenyang.


F. Pengenddian Hama dan Penyaldt
Selama pemeliharaan ikan sering ditemukan parasit eksternal yang umum pada ikan budi daya laut, yaitu kutu kulit. Ada dua jenis kutu kulit yang ditemukan, yaitu Neobenedenia dan Benedenia. Jenis yang disebut pertama bersifat lebih patogen dibandingkan jenis kedua.

Neobenedenia tidak hanya menyerang permukaan tubuh, tetapi juga mata yang dapat menyebabkan kebutaan dengan infeksi sekunder oleh bakteri.

Upaya pencegahan dan pengobatan penyakit tersebut adalah sebagai berikut.
- pemberian pakan harus cukup memadai dan tidak berlebihan.
- Kepadatan tebar tidak terlalu tinggi.
- Perendaman dengan air tawar selama 5—10 menit, tiga hari berturut-turut.
- Perendaman dengan hydrogen peroxida 150 ppm selama 30 menit dilakukan sebanyak 2-3 kali dengan interval waktu 7 hari.


G. Panen
Setelah pemeliharaan selama 5-6 bulan, ikan kuwe dapat dipanen dengan ukuran konsumsi (300-400 g). Dengan kelangsungan hidup 70-95%, dapat dihasilkan ikan rata-rata 28 kg/m3. Pemanenan ikan dalam KJA sangat mudah dilakukan. Sistem pemanenan dapat dilakukan secara total atau selektif tergantung kebutuhan.
 .http://muharrudin.mywapblog.com/teknik-budidaya-ikan-kerapu-2.xhtml

Tidak ada komentar:

Posting Komentar